Petani Buah Lai & salak pondoh Kilo 21, Minta Pemerintah Kota Bantu Pasarkan
[et_pb_section fb_built=”1″ _builder_version=”3.26.5″][et_pb_row _builder_version=”3.26.5″][et_pb_column _builder_version=”3.26.5″ type=”4_4″][et_pb_text _builder_version=”3.26.5″]
lensabalikpapan.com/- Bila jalan-jalan ke daerah kilo 21 Balikpapan, Kalimantan Timur. Banyak terlihat penjual buah dengan duri sekelilingnya, pasti langsung menyangka itu buah durian.
Tampilan memang mirip dengan buah beraroma menyengat tersebut. Namun yang satu ini dikenal sebagai buah lai.
Buah lai hanya kita temui saat musim. Menjelang akhir tahun dan awal tahun menjadi kemunculan buah berwarna daging kuning tua kadang agak jingga ini. Tepatnya, musim Lai antara Januari hingga Maret, jelas Hamiruddin ketika perkenalkan hasil panen buah lai, Sabtu (21/3/2020).
Hamiruddin petani lai menjelaskan kendala petani lai seperti saya, jika musim melimpah harga buah lai ke tengkulak murah.” jika banjir lai , yang paling besar Rp. 10.000, ada yang Rp.5.000, ada Rp.10.000/3 bahkan ada yang dihitung karungan”, ucapnya.
Dikatakan pula, selama ini harga buah lai lebih murah ketimbang durian. Hal ini dikarenakan produksinya musiman dan hanya tumbuh di hutan. Jika pun mahal, biasanya karena permintaan yang tinggi.
Hamiruddin berharap agar pemerintah kota melihat keberadaan petani lai, dan membantu pemasaran buah lai ini. ” Dengan keberadaan kebun ini diharapkan mampu memperkenalkan buah lai secara lebih luas dan memasarkan buah lai ini”, ujarnya.
Apalagi Balikpapan sebagai penyanggah ibu kota.Buah lai bisa menjadi daya tarik sekaligus ciri khas tersendiri. Laii nggak ada di daerah lain.
Penasaran bagi wisatawan untuk mencoba buah lai ini. Begitu dibuka, tak ada aroma yang menyengat yang biasanya ditemukan pada durian. Lantas, dagingnya selegit durian.
(Thina)
Editor : lensabalikpapan
[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]
5